JOGJA PANDU PERADABAN NUSANTARA MENUJU HAMEMAYU HAYUNING BAWANA
Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning Bawana, sebuah kegiatan yang
digagas oleh Pemda DIY, Polda DIY, dan berbagai komponen masyarakat lainnya. Kegiatan ini
merupakan perwujudan rasa syukur atas terciptanya situasi keamanan dan ketertiban di DIY.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil DIY, KPH
Yudanegara, Ph.D., menuturkan, Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning
Bawana merupakan kelanjutan dari Jogja Nyawiji ing Pesta Demokrasi yang diselenggarakan oleh Biro
Tata Pemerintahan Setda DIY, tanggal 28 Oktober 2023 lalu. Pada kesempatan tersebut, Gubernur DIY
Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan, tahun 2024 ada acara besar nasional terkait Pilkada,
Pilpres, Pileg dan lain-lain. Karena itu, Sri Sultan meminta kepada pamong kalurahan dan pemangku
keistimewaan harus netral, dan memberikan kedamaian untuk masyarakat DIY.
“Selama 2024, ada berbagai agenda internasional, nasional, politik, sosial, budaya dan event-event
besar lainnya yang diselenggarakan di Yogyakarta. Dan DIY memperoleh apresiasi dari Kementerian
Dalam Negeri sebagai daerah terbaik dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024,” jelas KPH
Yudanegara.
Kegiatan Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning Bawana merupakan sebuah
momen yang dikemas sebagai wujud rasa terima kasih Pemerintah kepada seluruh komponen
masyarakat yang telah berhasil mewujudkan situasi Kamtibmas yang aman, damai, dan kondusif di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui kolaborasi yang harmonis. “Ngarsa Dalem ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemangku keistimewaan dan ini adalah suatu hal yang
benar-benar Ngarsa Dalem dalam inginkan,” tutur KPH Yudanegara.
Secara detail, KPH Yudanegara menjabarkan, pemangku keistimewaan yang diundang sebanyak 392
kalurahan, ditambah 46 kelurahan yang ada di DIY. Para Lurah akan hadir, berikut anggota jaga warga
sebagai garda terdepan di masyarakat, yang kesemuanya akan memakai baju adat Ngayogyakarta
Hadiningrat.
KPH Yudanegara berharap, keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian selalu terlimpah untuk DIY.
Masyarakat diharap menjadi masyarakat yang guyub dan rukun.
“Semoga Jogja semakin istimewa masyarakatnya, istimewa orangnya, istimewa daerahnya. Sinergitas
antara Pemda DIY, Polda DIY, Bawaslu DIY, KPU DIY, dan seluruh komponen lain tersebut menjadi
simbol harmoni antar berbagai elemen dalam konteks kehidupan sosial dan interaksi antar
masyarakat. Juga hubungan antar umat beragama, guna cipta kondisi situasi aman dan damai,” tutup
KPH Yudanegara.
Kapolda DIY, Irjen. Pol. Suwondo Nainggolan, S.IK., M.H., menambahkan bahwa keamanan bukanlah
sekadar anugerah, melainkan dihasilkan oleh kerja sama masyarakat. Keamanan bukan sekedar
situasi, tetapi sebuah investasi yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan, pariwisata, dan
ekonomi kemasyarakatan. “Oleh karena itu, segala bentuk upaya kita dalam menjamin keamanan di
Yogyakarta akan sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Kapolda DIY menambahkan, "Dalam situasi tidak aman, manusia akan menyingkir. Apalagi wisatawan
mana yang mau datang ke Malioboro? Orang tua mana yang berani melepas anaknya untuk kuliah di
Jogja?"
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah dengan karakteristik dan peradaban yang luhur.
Keistimewaan DIY, salah satunya, yakni masih tetap memelihara serta menjaga tata krama dan
unggah-ungguh yang menjadi elemen dasar dalam interaksi sosial praktik budaya dan mencerminkan
nilai-nilai kesopanan, penghormatan, dan keharmonisan sosial yang tertanam kuat dalam budaya
Jawa, hal ini ini tidak hanya menjadi pedoman perilaku, tetapi juga merepresentasikan identitas
budaya masyarakat Yogyakarta yang tetap relevan hingga saat ini. Namun, arus modernisasi dan
urbanisasi menghadirkan tantangan tersendiri, yakni untuk menyeimbangkan nilai-nilai tradisional ini
dengan gaya hidup kontemporer.
Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan garis lurus imajiner yang mewujud dalam tata ruang kota yang
berupa; membentang dari Gunung Merapi di bagian utara Yogyakarta, kemudian melalui Tugu
Jogja/Tugu Pal Putih, berlanjut ke Keraton Yogya, Panggung Krapyak, hingga akhirnya ke Laut Selatan.
Hal tersebut merupakan manifestasi dari konsep filosofis Yogyakarta Hamemayu Hayuning Bawana
dengan makna filosofi :
Hamemayu : Menjaga dan memperindah; tugas manusia adalah merawat kehidupan dan
membuatnya lebih baik.
Hayuning : Keindahan, kelestarian, atau keharmonisan; Ini mencakup keindahan fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
Bawana : Dunia atau alam semesta. Dunia dalam filosofi ini tidak hanya mencakup
lingkungan fisik, tetapi juga tatanan kehidupan sosial dan spiritual.
Filosofi Hamemayu Hayuning Bawana yang berarti konsep menjaga keharmonisan sesama manusia,
manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip
utama yang harus dilakukan. Resonan dalam filosofi ini terkandung kewajiban Tri Satya Brata, yakni:
1. Pertama, rahayuning bawana kapurba waskitaning manungsa—bahwa kesejahteraan dunia,
tergantung pada manusia yang memiliki ketajaman rasa, serta bagaimana manusia menjalin
harmoni dengan alam. Bagaimanapun, alam telah memberikan hidup-kehidupan-penghidupan,
selayaknya yang tersimbol dalam hasil bumi yang disajikan hari ini.
2. Kedua, darmaning manungsa mahanani rahayuning negara —bahwasanya tugas manusia
adalah menjaga keselamatan negara.
3. Ketiga, rahayuning manungsa dumadi karana kamanungsane—bahwa keselamatan manusia
adalah oleh kemanusiaannya sendiri.
Filosofi ini tetap relevan di era modern, terutama ketika tantangan global seperti kerusakan
lingkungan, konflik sosial, dan krisis moral semakin nyata. Dengan menerapkan nilai-nilai ini, manusia
dapat menciptakan peradaban yang berkelanjutan dan harmonis. Jogja Pandu Peradaban Nusantara
menuju Hamemayu Hayuning Bawana merupakan gagasan dan visi yang mengangkat Yogyakarta
sebagai pusat kebudayaan, pendidikan, dan pengembangan nilai-nilai Nusantara yang mampu
menginspirasi pembangunan peradaban Indonesia dengan misi yang mengakar pada filosofi luhur
Jawa.
Dalam perannya sebagai kota budaya, pendidikan dan pariwisata, Yogyakarta bersikap terbuka
terhadap berbagai budaya peradaban yang melintasinya. Selaras dengan hal tersebut, kegemilangan
predikat Jogja Istimewa semakin bermakna, seiring keragaman yang tercipta melalui akulturasi
budaya. Sehingga value Hamemayu Hayuning Bawana tidak hanya relevan bagi Nusantara, tetapi juga
dunia. Untuk mewujudkan visi ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi,
dan sektor swasta.
Kegiatan Jogja Pandu Peradaban Nusantara Menuju Hamemayu Hayuning Bawana dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 18 Januari 2025 pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai bertempat di Graha
Pradipta Jogja Expo Center.
Pada kegiatan tersebut, Kapolda DIY akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
masyarakat yang telah menjaga Jogja aman, nyaman, dan tetap istimewa. Kemudian Gubernur DIY Sri
Sultan Hamengku Buwono X akan memberikan Sambutan/Santiaji (medhar sabda), dan dilaksanakan
pula prosesi penyerahan Hasil Bumi dari 5 Kabupaten/Kota di DIY oleh Ketua Paguyuban Lurah dan
Pamong DIY kepada Gubernur DIY didampingi Forkopimda.
Beberapa talenta muda dari Yogyakarta, Papua, Kalimantan, Ambon, Batak serta Guyon Maton dan
Cak Percil CS akan tampil dalam acara itu. Penampilan para talenta muda dari DIY untuk menunjukan
bahwa DIY membuka ruang bagi pemuda-pemudi dari luar daerah untuk bisa mengembangkan
kreatifitas seni masing-masing namun tetap menjunjung tinggi dan menghargai budaya lokal, salah
satunya melalui kolaborasi karya seni.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin