Potensi Pertanian Lahan Kering

31 Januari 2023
Admin
Dibaca 85 Kali
Potensi Pertanian Lahan Kering

pacarejo.id - Kawasan karst memiliki berbagai potensi alam karena keunikan ekosistemnya. Berbagai sumberdaya alam terdapat di ekosistem karst, antara lain sumberdaya mineral, sumberdaya lahan, sumberdaya air sumberdaya hayati, dan sumberdaya lansekap. Sumberdaya lahan di kawasan karst memiliki nilai manfaat yang sangat besar bagi penduduk sekitar sebagai penghasil bahan pangan sehari-hari. Menurut statistik daerah Kabupaten Gunungkidul tahun 2022, sebanyak 38.8% penduduk bekerja di sektor pertanian. Hal ini menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama penduduk setempat. 

Sebagai bagian dari kawasan Basin Wonosari, Gunungkidul, Padukuhan Serpeng Lor memiliki karakteristik lingkungan fisik dan kependudukan yang serupa. Sebesar 32% luasan wilayah Padukuhan Serpeng Lor digunakan untuk pertanian lahan kering. Hampir setiap rumah tangga di Padukuhan Serpeng memiliki lahan pertanian dan juga hewan ternak. Pekarangan rumah warga sekitar juga dimanfaatkan untuk menanam tanaman lahan kering.

Komoditas utama yang diusahakan di Padukuhan Serpeng Lor antara lain padi, jagung, kacang tanah, kedelai, dan ketela pohon. Hampir keseluruhan pertanian lahan kering di Padukuhan Serpeng Lor menggunakan sistem tanam tumpang sari untuk memaksimalkan hasil produksi. Menurut hasil wawancara dengan petani setempat, besar keuntungan yang diperoleh dari komoditas utama berkisar Rp1.000.000 - Rp5.000.000. 

Namun demikian, dalam melakukan kegiatan pertanian lahan kering, petani menghadapi beberapa tantangan. Tantangan tersebut dapat dibedakan menjadi faktor alam dan faktor non-alam. Kendala yang berasal dari faktor alam berupa iklim yang meliputi curah hujan yang tidak menentu, sumber air yang sulit, dan keberadaan hama. Selain itu, untuk kendala non-alam berupa sulitnya mencari tenaga kerja dan kekurangan pupuk. 

Kedepannya, permasalahan kurangnya air untuk pertanian dapat semakin meningkat akibat perubahan iklim. Namun demikian, berbagai inovasi dapat dilakukan seperti pengairan dengan menggunakan sistem irigasi tetes. Permasalahan kekurangan pupuk dapat diatasi dengan pembuatan pupuk secara mandiri. Selama ini, petani sudah menggunakan pupuk kandang dan kompos untuk tanaman pertaniannya. Di sisi lain masih banyak sisa panen seperti seresah atau jerami kacang tanah dan kulit kacang tanah yang belum dimanfaatkan. Seresah dan kulit kacang biasanya hanya dibakar. Padahal, seresah dan kulit kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Selain membantu pemenuhan kebutuhan pupuk, pemanfaatan limbah kacang menjadi pupuk organik ini dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia secara terus menerus yang berdampak negatif pada kondisi tanah.

 

Kontributor: Melati Mustikaningrum KKN-PPM UGM Periode IV Tahun 2022